Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan: “Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Tapi apakah ini benar-benar mencerminkan pendidikan di Indonesia? Saya rasa tidak jika kita menilik kembali ke paradigma masyarakat saat ini.  Dari masa ke masa pendidikan di Indonesia, hanya menjadi ajang prestise orang tua. Contoh saja di daerah Jakarta ada sebuah TK dengan biaya per semester bisa sampai puluhan juta, padahal pelajarannya sama saja dengan TK lain dengan biaya lebih murah, hanya saja ditambah pelajaran yang bahkan belum saatnya untuk dipelajari mereka. Tapi tetap saja banyak yang mendaftar kesana karena alasan lebih prestise.

Anak-anak di sekolah-sekolah mahal seperti ini lebih dijejali pelajaran-pelajaran yang susah terlebih dahulu, namun dasar-dasar dilupakan. Ibarat kendaraan bermotor yang mesinnya powerful tapi tidak ada rodanya. Apakah sekolah-sekolah ini benar-benar kebutuhan anak? Kebanyakan sih hanya untuk prestise orang tua. Saya sendiri mempunyai teman yang bersekolah di sekolah mahal, jenjang SMA, biayanya besar dan tugasnya banyak sekali, orang tuanya yang menyuruh dia masuk ke sekolah tersebut katanya "Kamu pasti jadi anak pintar disana", pintar apa? Pintar ngibul? Padahal dia sendiri tidak yakin dan memang tidak berminat ke sekolah tersebut. Secara nilai akademis dia memang jauh mengungguli saya, tetapi logika, nalar dan kemampuan pemecahannya menurut saya tidak berkembang dan cenderung stagnan, ia ibarat robot yang hanya bergerak sesuai perintah.

Mengutip Sam D. Putra ~Stand Up Comedian~ pernah menulis "Apakah balita – kecuali tinggal di Inggris – butuh bahasa Inggris? Bahasa Inggris dianggap sebagai patokan kepintaran seseorang, padahal di Inggris tukang bersihin WC pun saya yakin mahir bahasa Inggris." Saya setuju dengan statement ini karena yang terjadi sekarang bukanlah pendidikan yang dicita-citakan Pendiri Bangsa ini, anak kita memang mahir dan cerdas secara akademis tapi apakah itu saja sudah cukup? Kita banyak melihat orang-orang kita bergelar tinggi namun, sikap dan kelakuannya seperti anak 10 tahun. Contoh lain datang dari TK-TK mahal di Jakarta tidak jarang saya melihat orang tua memamerkan anak mereka jago berbahasa asing padahal anaknya sendiri saja belum mahir berbahasa Indonesia.

Saya besar di antara kalangan orang-orang yang menilai bahwa seseorang dinyatakan "terpandang" bila lulus dari Fakultas Kedokteran ~terutama yang warnanya kuning~. Padahal ada beberapa kenalan saya yang lulus dari Fakultas Kedokteran akhirnya malah tidak berakhir manis, malah beberapa jadi pialang saham dan pemrogram komputer, padahal bukan bidangnya. Saya bersyukur karena dilahirkan di keluarga demokratis yang membebaskan anaknya memilih jalannya sendiri asal tidak melewati norma dan hukum yang ada di Republik ini. Ya, setidaknya sampai negara api menyerang ~apa sih~.

Seharusnya kita bangsa Indonesia bukan hanya terpaku pada "ego" kita masing-masing, anak adalah masa depan bangsa, kenali kemampuan mereka dan diarahkan kepada hal yang mereka cintai, bukan dari paksaan untuk alasan prestise semata. Bila kita mengingat kembali anak-anak Republik masih banyak yang terpaksa putus sekolah karena masalah biaya, namun ada beberapa dari kita menghamburkan uangnya untuk sesuatu yang dipaksakan. Saya tidak mengatakan sekolah-sekolah mahal ini tidak bagus, tapi menurut saya alangkah lebih baiknya kita memikirkan minat anak kita dan cita-citanya, juga mereka yang tidak seberuntung kita diluar sana. Dan menjalankan pendidikan yang bukan berlandaskan prestise semata tapi mewujudkan cita-cita bangsa kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dari kecil gua senang sekali membaca, gua ingat buku pertama yang gua baca itu Alkitab, haha religius banget gua yak? Gua waktu itu masih kecil banget, kira-kira sekecil biji salak. Setiap hari gua baca, baca, dan baca, terkadang buku yang gua bukanlah konsumsi buat anak seumuran gua, Kamasutra salah satunya. Setiap gua membaca, gua selalu merasa menembus dunia baru, seakan berpetualang di dalamnya. Seperti membuka pintu melintasi imaji yang tak terselami, membaca membuatku tenggelam ke kedalaman.

Tapi setiap membaca gua suka merenung bagaimana caranya sang penulis dapat membagi dunia mereka kepada pembacanya? Kenapa gua juga ga berbagi dunia kecil gua yang penuh imaji kepada pembaca-pembaca yang budiman? Maka dari itu gua bikin blog ini. Gua mau berbagi curahan hati dan pemikiran-pemikiran gua kepada kalian semua. Ya, walau mungkin banyak yang absurd atau lebay nantinya, gua pikir semua punya arti tersendiri. Bodo amat, kenal juga enggak! Hahahaha, ya yang penting nanti jangan muntah ya...